PEREKONOMIAN INDONESIA
V. PDB, PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PDB (Gross Domestic Product/GDP) adalah jumlah nilai dari semua produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu kawasan di dalam periode waktu tertentu. PDB mencakup konsumsi pemerintah, konsumsi masyarakat, investasi dan eksport dikurangi impor di dalam kawasan tertentu.
Rumus PDB :
PDB = C + I + G + (X-I)
C= Konsumsi masyarakat
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X = Eksport
I = Import
PDB merupakan salah satu indikator yang penting
dalam melihat sehat tidaknya perekonomian suatu kawasan selain untuk menakar
tingkat kemakmuran kawasan tersebut. Biasanya PDB disajikan sebagai
perbandingan tahun sebelumnya. Sebagai contohnya jika PDB tahun ke tahun
Indonesia naik 5,5% itu artinya ekonomi Indonesia bertumbuh sebanyak 5,5%
selama tahun terakhir tersebut.
Seperti yang biasa terlihat, produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi yang dipresentasikan oleh PDB mempunyai dampak yang besar
kepada perekonomian. Sebagai contohnya, jika ekonomi suatu negara dinyatakan
sehat maka dapat diartikan dengan tingkat pengangguran yang rendah dimana
banyak permintaan tenaga kerja dengan upah gaji yang meningkat menandakan
pertumbuhan dari industri-industri di dalam ekonomi. Perubahan yang signifikan
di dalam PDB apaah positif atau negatif mempunyai dampak yang besar kepada
pasar saham. Dengan mudah dapat dijelaskan bahwa ekonomi yang tidak sehat
berarti penurunan keuntungan bagi perusahaan yang dalam arti praktis diartikan
sebagai penurunan harga saham perusahaan tersebut. Investor sangat khawatir
dengan pertumbuhan negatif PDB yang dapat diartikan oleh para ekonom, yaitu
tanda terjadinya resesi.
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat dari aspek eknomi dapat
diukur dengan tingkat pendapatan nasional per-kapita. Untuk dapat meningkatkan
pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting
yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu Negara, umumnya
perencanaan pembangunan eknomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk
negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah lagi fakta bahwa
penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan juga besar, sehingga pertumbuhan
ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari laju
pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per-kapita dapat
tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat
kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja
yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program
pembangunan sosial.
Pertumbuhan Ekonomi selama Orde Baru
Ketika orde baru mulai dengan pemerintahannya di
tahun 1966, ekonomi
Indonesia dalam keadaan porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966,
pertumbuhan PDB hanya 2 % per tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan
penduduk, sehingga pendapatan nasional per kapita menurun. Investasi dalam %
dari PDB, yang sangat strategis artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun.
Infra struktur dalam bidang transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan
memburuk. Anggaran negara yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam
neraca pembayaran menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962
defisit anggaran negara 63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966.
Defisit ganda dari anggaran negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan
hiper inflasi. Di tahun 1966, inflasinya mencapai 635 %.
Indonesia dalam keadaan porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966,
pertumbuhan PDB hanya 2 % per tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan
penduduk, sehingga pendapatan nasional per kapita menurun. Investasi dalam %
dari PDB, yang sangat strategis artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun.
Infra struktur dalam bidang transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan
memburuk. Anggaran negara yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam
neraca pembayaran menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962
defisit anggaran negara 63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966.
Defisit ganda dari anggaran negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan
hiper inflasi. Di tahun 1966, inflasinya mencapai 635 %.
Pemerintah yang tidak cukup mempunyai cadangan
devisa melakukan penjatahan
dalam penjualan devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan
perbandingan harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali
lipat. Perbedaan ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.
dalam penjualan devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan
perbandingan harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali
lipat. Perbedaan ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.
Dalam keadaan yang demikian, dengan sendirinya
orang tidak mau memegang
rupiah. Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat.
Maka dunia perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan
uang di bank. Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan
sehari-
hari dari para anggota masyarakat kita.
rupiah. Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat.
Maka dunia perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan
uang di bank. Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan
sehari-
hari dari para anggota masyarakat kita.
Dengan kondisi perekonomian yang porak poranda
seperti tergambarkan di atas,
pemerintah tidak dapat langsung menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum
konsolidasi dan rehabilitasi. Yang pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan
inflasi. Caranya dengan menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar
diturunkan melalui pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangka
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat
disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya
Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat
terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996,
jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun
bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
pemerintah tidak dapat langsung menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum
konsolidasi dan rehabilitasi. Yang pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan
inflasi. Caranya dengan menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar
diturunkan melalui pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangka
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat
disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya
Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat
terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996,
jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun
bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
Sistem lalu lintas devisa dibuat bebas. Penentuan
kurs rupiah terhadap valuta
asing, terutama dollar AS, dipertahankan pada kurs tertentu dengan dollar AS,
yang stabilitasnya dijamin oleh BI. Setelah itu, diambangkan secara terkendali,
yang sebanyak mungkin diserahkan pada mekanisme pasar, dengan stabilisasi
melalui intervensi oleh Bank Indonesia.
asing, terutama dollar AS, dipertahankan pada kurs tertentu dengan dollar AS,
yang stabilitasnya dijamin oleh BI. Setelah itu, diambangkan secara terkendali,
yang sebanyak mungkin diserahkan pada mekanisme pasar, dengan stabilisasi
melalui intervensi oleh Bank Indonesia.
Utang-utang luar negeri dijadualkan kembali.
Negara-negara kreditur tidak hanya
bersedia menjadualkannya kembali, tetapi mereka juga membentuk konsorsium
untuk memberikan utang kepada Indonesia. Kelompok ini terkenal dengan nama
Inter Governmental Group on Indonesia atau IGGI. Setelah terjadi ketegangan
dengan pemerintah Belanda, dan mengeluarkannya, nama kelompok negara-
negara donor tanpa Belanda menjadi Consultative Group on Indonesia atau CGI.
bersedia menjadualkannya kembali, tetapi mereka juga membentuk konsorsium
untuk memberikan utang kepada Indonesia. Kelompok ini terkenal dengan nama
Inter Governmental Group on Indonesia atau IGGI. Setelah terjadi ketegangan
dengan pemerintah Belanda, dan mengeluarkannya, nama kelompok negara-
negara donor tanpa Belanda menjadi Consultative Group on Indonesia atau CGI.
Setelah tahap konsolidasi dilampaui, pemerintah
mulai dengan program
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah,
pemompaan daya beli pada masyarakat dilakukan melalui pembangunan infra
struktur secara besar-besaran. Investasi dari sektor swasta, baik yang domestik
maupun asing dipacu dengan berbagai insentif seperti yang tertuang di dalam
Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah,
pemompaan daya beli pada masyarakat dilakukan melalui pembangunan infra
struktur secara besar-besaran. Investasi dari sektor swasta, baik yang domestik
maupun asing dipacu dengan berbagai insentif seperti yang tertuang di dalam
Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
Pemerintah orde baru dapat melakukan pembangunan
ekonomi dengan stabilitas
politik yang kokoh. Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang
memberlakukan security approach, sedangkan pembangunan ekonomi
diserahkan kepada para profesional, yang kebanyakan bukan politisi. Dengan
bantuan dari lembaga-lembaga internasional, baik dalam nasihat maupun
dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah membuahkan hasil yang
gemilang.
politik yang kokoh. Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang
memberlakukan security approach, sedangkan pembangunan ekonomi
diserahkan kepada para profesional, yang kebanyakan bukan politisi. Dengan
bantuan dari lembaga-lembaga internasional, baik dalam nasihat maupun
dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah membuahkan hasil yang
gemilang.
Pertumbuhan ekonomi antara tahun 1970 sampai
tahun 1996 berfluktuasi antara
yang paling rendah 2,25 % di tahun 1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % di
tahun 1986. Pertumbuhan pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang
merupakan perkecualian. Pada umumnya pertumbuhan berfluktuasi antara 6
sampai 8 %. Pertumbuhan rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah 6,9 %. Ini
adalah sebuah prestasi yang mengagumkan banyak negara-negara maju dan
lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2
% setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan
dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
yang paling rendah 2,25 % di tahun 1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % di
tahun 1986. Pertumbuhan pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang
merupakan perkecualian. Pada umumnya pertumbuhan berfluktuasi antara 6
sampai 8 %. Pertumbuhan rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah 6,9 %. Ini
adalah sebuah prestasi yang mengagumkan banyak negara-negara maju dan
lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2
% setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan
dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
Sejak tahun 1970, inflasi terendah adalah di
tahun l985 sebesar 4,7 %, dan
inflasi tertinggi di tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi
sebesar l2,26 %
inflasi tertinggi di tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi
sebesar l2,26 %
Kalau sejak tahun 1974, ekspor migas selalu di
atas 70 % dari keseluruhan
ekspor, dan bahkan pernah mencapai 82,4 % di tahun 1982, maka sekarang, di
tahun 1996 ekspor minyak bumi dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari
keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa ketergantungan kita pada migas sangat
berkurang. Dengan produksi migas yang tidak menyusut, perbandingan ini
menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat pesat.
ekspor, dan bahkan pernah mencapai 82,4 % di tahun 1982, maka sekarang, di
tahun 1996 ekspor minyak bumi dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari
keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa ketergantungan kita pada migas sangat
berkurang. Dengan produksi migas yang tidak menyusut, perbandingan ini
menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat pesat.
Di tahun 1968 sumbangan sektor pertanian terhadap
pembentukan PDB adalah 51
%, sedangkan sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi
pertanian yang tidak menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor
pertanian, karena sudah merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor
pertanian 16,5 %. Ini berarti bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi
dan transformasi dari berat pertanian pada berat industrialisasi, tanpa
pertaniannya
menjadi lemah. Target pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas
pertanian yang kuat telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
%, sedangkan sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi
pertanian yang tidak menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor
pertanian, karena sudah merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor
pertanian 16,5 %. Ini berarti bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi
dan transformasi dari berat pertanian pada berat industrialisasi, tanpa
pertaniannya
menjadi lemah. Target pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas
pertanian yang kuat telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Sejak tahun 1970, ekspor non migas mengalami
kenaikan dari $ 475,- juta di
tahun 1966 menjadi $ 38,093 milyar di tahun 1996.
tahun 1966 menjadi $ 38,093 milyar di tahun 1996.
Pertumbuhan ekonomi di indonesia ini mencapai 6%
tahun ini, menurut BI ( bank Indonesia), ekonomi Indonesia mencapai 5,5-6% pada
tahun ini meningkat menjadi 6-6,5% pada tahun 2011dengan demikian prospek
ekonomi indonesia semakin bagus.
perbaikan ekonomi indonesia bersumber dari sisi
eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global pada saat ini, seperty ekspor
yang mencatatat pertunjukan yang sangat positif, dan lebih baik lagi
berbaremgan dengan impor yang akan lebih baik lagi dan berdapak bagus di dalam
amupun di luar negeri.
selain didukung perkembangan ekonomi global dan
domestik yang membaik menurut BI (bank Indonesia) ekonomi tahun depan juga
disongkoh konsumsi rumah tangga yang kuat, peningkatan sektor eksternal, dan
peningkatan investasi, kata Gubernur BI Darma nasution di jakarta.
Faktor-faktor Penentu Prospek Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam yang meliputi tanah dan kekayaan
alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang dan
hasil laut sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam
hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki
nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan
pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang
besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi,
sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan
manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi
ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur
yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang
berkembang dan berlaku.
Perubahan Struktur Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menentukan terjadinya
perubahan struktur ekonomi antara lain :
–
Produktivitas tenaga kerja per sektor secara
keseluruhan
–
Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai
tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
–
Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai
kemampuan untuk memperluas pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
–
Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan
pengembangan sektor dan komoditi unggulan
–
Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran
aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi.
–
Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan
investasi secara terus-menerus
–
Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam
wilayah daerah
–
Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri
melalui ekspor-impor
Struktur perekonomian adalah besar share lapangan
usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga
konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat menilai
konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya
terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut
Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural
dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya
kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian adalah:Pertama, kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata, khususnya di sector pertanian.
Kedua, perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan basis pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan harus dapat mendorong dan menyerap hasil dari sektor pertanian.
Ketiga, berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan harus terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan sekunder, termasuk perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri). Sementara perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya, seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu, pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya melalui pembangunan pariwisata yang lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal menjadi sektor formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.
SOAL :
1. Apakah rumus PDB (Produk Domestik Bruto)…
a. PDB = C + I + G + (X-I)*
b. PDB = G + C + I + (X-I)
c. PDB = C – I – G – (X+I)
d. PDB = G – C – I – (X+I)
2. Perhatikan pernyataan tentang
pembangunan ekonomi berikut ini!
1. Distribusi
pendapatan nasional masih timpang.
2. Pertumbuhan
ekonomi mengalami peningkatan.
3. Penyerapan
tenagakerja masih rendah.
4. Perekonomian
tidak mengalami banyak guncangan.
5. Terbuka
kesempatan kerja yang luas bagi angkatan kerja
Pernyataan yang merupakan keberhasilan
pembangunan ekonomi adalah...
a. 1), 2), dan 3)
b. 1), 3), dan 4)
c. 2), 3), dan 4)
d. 2), 4), dan 5)*
3. Berapakah rata-rata inflasi sejak tahun 1970…
a. 10%
b. l2,26 %*
c. 15%
d. 17,25%
a. 10%
b. l2,26 %*
c. 15%
d. 17,25%
4. Berapakah faktor
yang menentukan terjadinya perubahan struktur ekonomi…
a. 6
a. 6
b. 7
c. 8*
d. 9
5. “Perekonomian
suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke
industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non
pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB” merupakan teori menurut…
a. Lewis*
b. Hamilton
c. Karl Max
d. Rifky Aditya
VI.
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
PERMASALAHAN
POKOK
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat ber[endapatan tinggi dan kelompok
masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang
berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di
Negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, pada awal pemerintahan
orba pembuat kebijakan dan perencana pembangunan ekonomi di Jakarta masih
sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi akan menghasilkan apa yang
dimaksud dengan trickle down effects, yang menjadi salah satu topic penting di
dalam literature pembangunan ekonomi di Negara-negara berkembang pada decade
1950an dan 1960an.
Didasarkan pemikiran tersebut, pada
awal periode orba hingga akhir decade 1970an strategi pembangunan ekonomi yang
dianut pemerintah Soeharto lebih terfokus pada bagaimana mencapai laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu singkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pusat
pembangunan ekonomi nasional dimulai di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat,
dengan alas an semua fasilitas yang dibutuhkan seperti pelabuhan, jalan raya,
kereta api, telekomunikasi dan kompleks industry, lebih tersedia di provinsi
ini dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Pembangunan saat itu terpusat di sector tertentu yang potensial memiliki
kemampuan besar menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Mereka percaya nantinya hasil pembangunan
menetes ke sector dan wilayah lainnya di Indonesia.
Tetapi, sejarah menunjukkan setelah
10 tahun berlalu sejak Pelita I dimulai tahun 1969 ternyata efek yang dimaksud
emngalir ke bawahnya dengan sangat lambat.
Akibat strategi tersebut, pada decade 1980an hingga pertengahan 1990an,
sebelum krisis ekonomi, Indonesia memeng menikmati laju pertumbuhan ekonomi
atau PDB yang relative tinggi tetapi tingkat kesenjangan juga semakin besar dan
orang miskin jumlahnya tetap banyak.
KONSEP DAN
DEFINISI
Besarnya kemiskinan dapat diukur
dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan (poverty line), konsep yang
mengacu pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep
yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan
absolute.
Kemiskinan relative yaitu ukuran
kesenjangan dalam distribusi pendapatan, biasanya dikaitkan dengan tingkat
rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
Di Negara-negara maju, kemiskinan relative diukur sebagai proyeksi
tingkat pendapatan rata-rata per kapita.
Sebagai ukuran relative, kemiskinan relative dapat berbeda menurut
Negara atau perilaku di suatu Negara. Kemiskinan absolute adalah derajat
kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan minimal untuk dapat bertahan hidup tidak
dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran
tetap (tidak berubah). Walaupun
kemiskinan absolute sering juga disebut kemiskinan ekstrim, tetapi maksud dari yang
terakhir ini bias bervariasi tergantung interpretasi setempat atau kalkulasi.
PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
1.
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan: Hipotesis Kuznets
Data decade 1970an dan 1980an
mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang,
terutama Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti
Indonesia, menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan
dan tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin
besar pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum
kaya. Studi dari Jantti (1997) dan Mule
(1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin
dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan public. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya
kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan
dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab
penting.
Literature mengenai perubahan
kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang disebuthipotesis
Kuznets. Dengan memakai data antar
Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di tiap Negara
(time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan pendapatan dan
tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural)
ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
2.
Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara
pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
TEMUAN
EMPIRIS
1. Distribusi
Pendapatan
Data pengeluarankonsumsi dipakai
sebagaipendekatan (proksi) untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat,
walau diakui cara demikian memiliki kelemahan serius. Penggunaan data pengeluaran konsumsi bisa memberi
informasi mengenai pendapatan yang under estimate. Alasannya sederhana, jumlah pengeluaran
konsumsi seseorang tidak harus selalu sama dengan jumlah pendapatan yang
diterimanya, bias lebih besar atau lebih kecil.
Misalnya, pendapatannya lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran
konsumsinya juga besar. Dalam hal ini
berarti ada tabungan. Sedangkan bila
jumlah pendapatannya rendah, tidak selalu berarti jumlah konsumsinya juga
rendah. Banyak rumah tangga memakai
kredit bank untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu, misalnya membeli
rumah, mobil dan untuk membiayai sekolah anak atau bahkan untuk liburan.
Pengertian pendapatan (income) yang
artinya pembayaran yang didapat karena bekerja atau menjual jasa, tidak sama
dengan pengertian kekayaan (wealth).
Kekayaan seseorang bias jauh lebih besar daripada pendapatannya. Seseorang bias saja tidak punya
pendapatan/pekerjaan (penghasilan), tetapi ia sangat kaya karena ada warisan
keluarga. Banyak pengusaha muda di
Indonesia kalau diukur dari tingkat pendapatan mereka tidak terlalu berlebihan,
tetapi mereka sangat kayak arena perusahaan dimana mereka bekerja adalah milik
mereka (atau milik orangtua mereka).
Menjelang pertengahan 1997, beberapa
saat sebelum krisis ekonomi, tingkat pendapatan per kepala di Indonesia sudah
melebihi 1000 dolar AS, jauh lebih tinggi dibanding 30 tahun lalu. Namun, apa artinya jika hanya 10% saja dari
seluruh jumlah penduduk tanah air yang menikmati 90% dari jumlah pendapatan
nasional atau PDB. Sedangkan sisanya
(90%) hanya menikmati 10% dari pendapatan nasional.
Jika kondisi di atas dibandingkan
dengan Negara-negara maju yang distribusi pendapatannya lebih baik, misalnya
Swiss, dengan menggunakan kurva Lorenz, maka kurva tersebut untuk Indonesia
bentuknya lebih melebar sedangkan kurva Lorenz untuk Swiss lebih mendekati
garis equality. Dengan kata lain, daerah
konsentrasi pendapatan di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Swiss.
Dengan
menggunakan kurva Lorenz
Secara teoritis, perubahan pola distribusi pendapatan di pedesaan
dapat disebabkan oleh factor berikut:
a. Akibat
arus penduduk/pekerja dari pedesaan ke perkotaan yang selama periode orde lama
berlangsung sangat pesat.
b. Struktur
pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di pedesaan dengan di perkotaan
c.
Dampak positif dari proses
pembangunan ekonomi nasional
Kemiskinan
Kemiskinan bukan hanya masalah bagi
Indonesia, melainkan juga masalah dunia.
Laporan World Bank menunjukkan tahun 1998 1,2 milyar dari 5 milyar lebih
jumlah populasi dunia. Sebagian besar
terdapat di Asia Selatan yang terkonsentrasi di India, Bangladehs, Nepal,
Srilanka dan Pakistan. Afrika subsahara
wilayah kedua di dunia yang padat orang miskin, terutama disebabkan iklim dan
kondisi tanah yang tidak mendukung kegiatan pertanian, pertikaian antar suku
yang tak kunjung henti, manajemen ekonomi makro yang buruk dan pemerintahan
yang bobrok. Wilayah ketiga adalah Asia
Tenggara dan Pasifik, terutama di Cina, Laos, Indonesia, Vietnam, Thailand dan
Kamboja. Sisanya Amerika Latin dan
Karibia, Eropa dan Asia Tengah, dan Timur Tengah dan Afrika Utara.
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari factor-faktor
penyebab kemiskinan, tetapi dari factor-faktor tersebut sangat sulit memastikan
mana penyebab sebenarnya (utama) serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap perubahan kemiskinan.
Kalau diuraikan satu persatu, jumlah
factor-faktor yang dapat mempengaruhi, langsung maupun tidak langsung, tingkat
kemiskinan cukup banyak, mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (atau
produktifitas tenaga kerja), tingkat upah neto, distribusi pendapatan,
kesempatan kerja (termasuk jenis pekerjaan yang tersedia), tingkat inflasi,
pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas SDA, ketersediaan
fasilitas umum (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi,
listrik, air dan lokasi pemukiman), penggunaan teknologi, tingkat dan jenis
pendidikan, kondisi fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi
pekerja, kultur/budaya atau tradisi, hingga politik, bencana alam dan
peperangan. Kalau diamati, sebagian
besar dari factor-faktor tersebut juga mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, tingkat pajak yang tinggi membuat
tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerjsa seseorang sehingga
produktivitasnya menurun selanjutnya mengakibatkan tingkat upah netinya
berkurang lagi, dan seterusnya. Jadi
tidak mudah memastikan apakah karena pajak naik atau produktivitasnya yang
turun membuat pekerja jadi miskin karena upah netonya rendah.
KEBIJAKAN ANTI-KEMISKINAN: STRATEGI DAN INTERVENSI
Ada 3 (tiga) pilar utama strategi pengurangan kemiskinan,
yakni:
1. Pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan pro kemiskinan
2. Pemerintahan
yang baik (good governance)
3. Pembangunan
social
Untuk mendukung strategi tersebut
diperlukan intervensi pemerintah sesuai sasaran atau tujuannya. Sasaran atau tujuan tersebut dibagi menurut
waktu, yakni jangka pendek, menengah dan panjang. Intervensi lainnya adalah
manajemen lingkungan dan SDA. Hancurnya
lingkungan dan “habisnya” SDA dengan sendirinya menjadi factor pengerem proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga sumber peningkatan
kemiskinan. Intervensi jangka pendek terutama pembangunan sector pertanian dan
ekonomi pedesaan, pembangunan transportasi, komunikasi, energy dan keuangan,
peningkatan peran serta masyarakat sepenuhnya (stakeholder participation) dalam
proses pembangunan dan proteksi social (termasuk pembangunan system jaminan
social).
Intervensi jangka menengah dan panjang adalah sbb:
1. Pembangunan
sector swasta
2. Kerjasama
regional
3. Manajemen
pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
4. Desentralisasi
5. Pendidikan dan
kesehatan
6. Penyediaan air
bersih dan pembangunan perkotaan
SOAL:
1.
Besarnya
kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan
a.
Proverty
Line*
b.
Property
Line
c.
Line
Proverty
d.
Property
Lini
2.
Siapakah yang menemukan relasi antara kesenjangan
pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik…
a.
Rifky
Aditya
b.
Simon
Kuznets*
c.
Max
Weber
d.
Lorenz
3.
Secara teoritis, perubahan pola
distribusi pendapatan di pedesaan dapat disebabkan oleh factor berikut, kecuali…
a.
Akibat
arus penduduk/pekerja dari pedesaan ke perkotaan yang selama periode orde lama
berlangsung sangat pesat.
b.
Struktur
pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di pedesaan dengan di perkotaan
c.
Dampak
positif dari proses pembangunan ekonomi nasional
d.
Dampak
negative dari proses pembangunan ekonomi nasional*
4.
Berapakah pilar utama strategi
pengurangan kemiskinan…
a.
2
b.
3*
c.
4
d.
5
5.
Intervensi jangka menengah dan panjang
adalah sbb, kecuali…
a.
Pembangunan
sector swasta
b.
Manajemen
pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
c.
Pendidikan dan budaya*
d.
Penyediaan
air bersih dan pembangunan perkotaan
VII.
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH
Pembangunan ekonomi
regional
EKONOMI REGIONAL
( ILMU PEMBANGUNAN
WILAYAH )
4 pilar penopang Ek Reg
:
1. geografi
2. perencanaan kota
3. Ekonomi
4. Teori lokasi
2. perencanaan kota
3. Ekonomi
4. Teori lokasi
Kekurangannya : aspek
biogeofisik, aspek sosial budaya
6 pilar penopang Ekonomi
Regional :
1. analisa geofisik
2. analisa kelembagaan
3. analisa ekonomi
4. analisa sosial budaya
5. analisa lingkungan
6. analisa lokasi
KONSEP RUANG DAN WILAYAH
1. Konsep Ruang
Beda mandasar ilmu
ekonomi dan ekonomi regional :
Ilmu ekonomi menjawab pertanyaan : apa, berapa, bagaimana, untuk siapa, bilamana
Ekonomi regional menjawab kelima pertanyaan di atas + DIMANA
Ilmu ekonomi menjawab pertanyaan : apa, berapa, bagaimana, untuk siapa, bilamana
Ekonomi regional menjawab kelima pertanyaan di atas + DIMANA
2. Konsep Wilayah
Wilayah : unit geografis
dengan batas tertentgu yang tergantung satu dengan lainnya
secara fungsional
a. Wilayah Homogen (
Homogeneous Region ) :
Wilayah yang dipandang
dari satu aspek / criteria mempunyai sifat dan cirri yang
relative sama, seeprti :
struktur produksi dan konsumsi, tingkat pendapatan,
iklim, budaya, agama.
Contoh : wilayah
pertanian pangan, perikanan, perkebunan coklat.
Desa, kabupaten,
propinsi, ASEAn ( skala internasional )
b. Wilayah Nodal ( Nodal
Region )
Secara fungsional punya
ketergantungan antara pusat ( inti ) dan daerah
belakangnya ( hinterland
), dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang
dan jasa.
Batas wilayah nodal
ditentukans ejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan
ekonomi digantikan oleh
pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi lain.
Digambarkan sebagai sel
hidup inti dengan daerah perifer yangs aling
melengkapi
Saling tergantung :
melalui perantaraan jual beli barang dan jasa secara local
Ada peluang pertukaran
barang dan jasa secara intern.
Kecil kemungkinan utk
mengadakan perdagangan antara satu dengan lainnya.
Contoh : Jabodetabek,
SIJORI, IMS- GT ( Indonesia Malaysia Singapore Growth
Triangle )
c. Wilayah Perencanaan (
Planning Region )
Menurut Booudeville :
Wilayah yang
memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan – keputusan ekonomi
Cukup besar utk terjadinya perubahan penting dalam penyebaran penduduk, dan
kesempatan kerja, namun cukup kecil kemungkinan utk persoalan perencanaan dapat
dipandang sebagai kesatuan.
Cukup besar utk terjadinya perubahan penting dalam penyebaran penduduk, dan
kesempatan kerja, namun cukup kecil kemungkinan utk persoalan perencanaan dapat
dipandang sebagai kesatuan.
Menurut Kleassen :
Ciri-2nya :
1. Cukup besar utk mengambil keputusan ekonomi terkait skala ekonomi
2. Mampu mengubah industri sendiri dengan tenaga kerja yang ada
3. Punya struktur ekonomi yang homogen
4. Punya sekurang – kurangnya satu titik pertumbuhan
5. Menggunakan cara pendekatan perencanaan pembangunan.
6. Masyarakatnya punya kesadaran bersama terhadap persoalannya
Ciri-2nya :
1. Cukup besar utk mengambil keputusan ekonomi terkait skala ekonomi
2. Mampu mengubah industri sendiri dengan tenaga kerja yang ada
3. Punya struktur ekonomi yang homogen
4. Punya sekurang – kurangnya satu titik pertumbuhan
5. Menggunakan cara pendekatan perencanaan pembangunan.
6. Masyarakatnya punya kesadaran bersama terhadap persoalannya
Jadi wilayah perencanaan
merupakan daerah geografi yang cocok untuk perencanaan
dan pelaksanaan
pembangunan untuk memecahkan persoalan regional.
Contoh : Wilayah
Pembangunan dalam Repelita, Propenas, Propeda nasional,
propinsi, kabupaten.
d. Wilayah Administratif
:
Batas – batasnya
ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau
politik spt : prop, kab / kota, kecamatanm, desa/ kelurahan
Kelebihan konsep ini : pengelompokan data berorientasi pada batas wilayah
administratif.
politik spt : prop, kab / kota, kecamatanm, desa/ kelurahan
Kelebihan konsep ini : pengelompokan data berorientasi pada batas wilayah
administratif.
e. Wilayah Pesisir dan
Lautan
Merupakan wilayah yang
dapat termasuk dalam ke 4 wilayah tsb
TEORI LOKASI
Untuk memilih lokasi
kegiatan ekonomi dan sosial serta analisa interaksi antar wilayah
Faktor Penentu Pemilihan
Lokasi kegiatan ekonomi :
1. Ongkos angkut
2. Perbedaan upah antar
wilayah
3. Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait
terkonsetrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan : backward linkage ( dengan
bahan baku ), forward linkage ( dengan pasar ).
3. Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait
terkonsetrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan : backward linkage ( dengan
bahan baku ), forward linkage ( dengan pasar ).
Keuntungan aglomerasi
muncul dalam 3 bentuk :
a. keuntungan skala besar baik bahan baku maupun pasar ( Scale economies )
b. Keuntungan Lokalisasi ( localisation economies ) dari penurunan ongkos angkut
c. Keuntungan karena penggunaan fasilitas secara bersama ( urbanization economies ) :
listrik, gudang, angkutan, air dll.
a. keuntungan skala besar baik bahan baku maupun pasar ( Scale economies )
b. Keuntungan Lokalisasi ( localisation economies ) dari penurunan ongkos angkut
c. Keuntungan karena penggunaan fasilitas secara bersama ( urbanization economies ) :
listrik, gudang, angkutan, air dll.
4. Konsentarsi
permintaan antar wilayah ( Spatial Demand )
5. Kompetisi antar wilayah ( Spatial Competition )
Bila persaingan tajam seperti pada pasar persaingan sempurna, maka pemilihan lokasi
perusahaan cenderung terkonsentrasi dengan perusahaan l;ain yang menjual produk
yang sama.. Bila persaingan tidak tajam ata pada pasar monopoli, pemilihan lokasi
cenderung bebas.
Bila persaingan tajam seperti pada pasar persaingan sempurna, maka pemilihan lokasi
perusahaan cenderung terkonsentrasi dengan perusahaan l;ain yang menjual produk
yang sama.. Bila persaingan tidak tajam ata pada pasar monopoli, pemilihan lokasi
cenderung bebas.
6. Harga dan sewa tanah
Untuk maksimalisasi keuntungan, perusahaan akan cenderung memilih lokasi dimana
harga sewa tanah rendah.
Untuk maksimalisasi keuntungan, perusahaan akan cenderung memilih lokasi dimana
harga sewa tanah rendah.
Teori Lokasi:
1. Bid Rent Theories (
Von Thunen )
Pemilihan lokasi didasarkan pada kemampuan membayar harga tanah (
bid – rent ) yang berbeda dengan harga pasar tanah ( land – rent ). lokasi
berdasarkan bid-rent tertinggi.
Makin dekat letaknya
dengan pasar penjualan atau pusat kota makin tinggi sea tanah makin berkurang
biaya transportasi
Factor-faktor penyebab
ketimpangan
Dalam struktur ekonomi
yang sehat, beban inflasi hampir merata menimpa seluruh penduduk, meskipun
secara teoritis penanggung terberat inflasi adalah mereka yang berpendapatan
tetap dan kaum penganggur (yang tidak memiliki pendapatan).
Namun, akibat karakter
inflasi di Indonesia seperti yang dideskripsikan di atas sangat mungkin inflasi
sekaligus menjadi sumber penyebab ketimpangan pendapatan yang lebih besar.
Singkatnya, sumber penyumbang inflasi terbesar adalah komoditas pangan dan
bahan makanan, padahal, sekitar 70-80% pendapatan orang miskin digunakan untuk
mengonsumsi pangan. Jadi, pendapatan mereka benar-benar tergerus oleh karakter
inflasi yang tidak ramah ini.
Berikutnya, penikmat
inflasi adalah kaum saudagar pangan (produsen kakap, distributor, importir, dan
lain-lain) yang memetik laba dari kenaikan harga komoditas tersebut. Petani
(gurem) tidak menerima keuntungan karena nasib mereka yang telah diatur oleh
pelaku di hilir itu.
Oleh karena itu, jika
tidak ditangani dengan saksama, inflasi kali ini juga akan memperburuk tingkat
kemerataan pendapatan, yang dalam beberapa tahun terakhir ini memang telah kian
menganga.
Namun, yang
mengherankan, dalam situasi seperti ini pemerintah (Departemen Pertanian) akan
memilih kebijakan ekspor beras karena sekarang sedang panen raya (kelebihan
produksi) dan insentif harga internasional yang sedang bagus (tinggi).
Kebijakan ini, sekali lagi, sulit dinalar karena kelebihan produksi ini
sifatnya hanya tentatif.
Pembangunan Indonesia
bagian timur
Pembangunan di Indonesia
Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain.
Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku
lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena
keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga
perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku
sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena
jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi
air.
Aku baca di Yesaya 41:18-20
18 Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. 19 Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya. 20 supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan Tuhan yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya. (Israel artinya umat pilihan Allah/ orang percaya).
Bisa ndak dibuat waduk/bendungan dan jalan-jalan air di daerah Indonesia Bagian Timur (seperti jalan Trans Sumatera atau Trans Jawa tetapi jalan air).
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
Aku baca di Yesaya 41:18-20
18 Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. 19 Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya. 20 supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan Tuhan yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya. (Israel artinya umat pilihan Allah/ orang percaya).
Bisa ndak dibuat waduk/bendungan dan jalan-jalan air di daerah Indonesia Bagian Timur (seperti jalan Trans Sumatera atau Trans Jawa tetapi jalan air).
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
Teori dan anlisis
pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan Ekonomi
Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 298).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 298).
Oleh karena itu, bila
prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing – masing daerah, maka sumber daya yang ada kurang dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan relatif lambatnya proses
pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi dikatakan berjalan jika ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi
Daerah
Kuznets (1999)
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang
ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
tekhnologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.
Jhingan (1999 : 57) mengatakan suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomiantersebut menjadi bertambah besar pada tahun – tahun berikutnya.
Dengan berdasarkan pada kenyataan bahwa pada suatu daerah terbagi kedalam wilayah – wilayah dan sub – sub wilayah, maka pertumbuhan daerah akan ditentukan oleh factor – factor utama yang antara lain (Tarigan, 2004 : 37):
a. Sumber daya alam yang tersedia
b. Tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam
c. Adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang menunjang, seperti transportasi, komunikasi dan lain – lain.
d. Tersedianya tekhnologi yang tepat untuk pengelolaan sumber daya alam.
e. Tersedianya kualitas sumber daya manusia untuk pengelolaan tekhnologi.
Jhingan (1999 : 57) mengatakan suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomiantersebut menjadi bertambah besar pada tahun – tahun berikutnya.
Dengan berdasarkan pada kenyataan bahwa pada suatu daerah terbagi kedalam wilayah – wilayah dan sub – sub wilayah, maka pertumbuhan daerah akan ditentukan oleh factor – factor utama yang antara lain (Tarigan, 2004 : 37):
a. Sumber daya alam yang tersedia
b. Tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam
c. Adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang menunjang, seperti transportasi, komunikasi dan lain – lain.
d. Tersedianya tekhnologi yang tepat untuk pengelolaan sumber daya alam.
e. Tersedianya kualitas sumber daya manusia untuk pengelolaan tekhnologi.
Menurut Anwar (1996 :
17) teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan suatu daerah dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu;
a. Inward – Looking Theories
Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah diakibatkan oleh factor – factor ekonomi yang ada di daerah itu sendiri.
b. Output Oriented Theories
Teori ini menganggap bahwa adanya mekanisme yang mendasari fenomena pertumbuhan daerah dari satu daerah kedaerah lainnya.
a. Inward – Looking Theories
Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah diakibatkan oleh factor – factor ekonomi yang ada di daerah itu sendiri.
b. Output Oriented Theories
Teori ini menganggap bahwa adanya mekanisme yang mendasari fenomena pertumbuhan daerah dari satu daerah kedaerah lainnya.
Otonomi daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai
hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud
dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat.
Setelah era reformasi bergulir pada 1998 dan disusul dengan
Otonomi daerah 1999 untuk menggantikan desentralisasi, hampir semua geliat
pembangunan di Indonesia kini beralih ke
daerah. Pusat hanya mengarahkan dan fasilitator saja namun pelaksanaan
kebijakan sejatinya bertumpu pada daerah. Sejak digulirkannya Otonomi Daerah
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan Pemilu kepala daerah, semua kebijakan
yang mengarah pada pemanfaatan sumber daya yang ada di bebankan kepada otoritas
daerah terutama untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah -PAD dan kemudian
sebagian disetor ke Pemerintah Pusat.
Untuk memperoleh dan menggenjot PAD, akhirnya daerah membuat dan
menerbitkan Undang Undang daerah atau peraturan daerah - Perda yang bertujuan
untuk mengatur PAD dengan memberdayakan semua potensi yang ada.
Namun alih alih menambah atau meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
melalui PERDA berdasarkan Otonomi Daerah, Pemerintah Pusat melihat yang
terjadi adalah timbulnya masalah dari penerbitan PERDA itu sendiri. Karena
penerbitannya tidak sesuai dengan Undang Undang yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah yang disahkan oleh DPR.
Sebenarnya yang dibutuhkan oleh daerah bukan bersandarkan hanya
pada Otonomi Daerah beserta PERDAnya tapi dibutuhkan
adalah kecerdikan, kreatifitas dan kecermatan dari Kepala daerah dan para
pimpinan lainnya dalam menggali dan mengatur setiap potensi sosial ekonomi
serta sumber daya yang ada dalam memenuhi Pendapatan Asli Daerah.
Memang efek yang terjadi dari otonomi daerah adalah jika suatu
daerah tidak mempunyai sumber daya alam yang mencukupi daerah tersebut akan
lebih tertinggal dibanding bersumber daya alam yang melimpah.
Namun patut dicatat tanpa kecerdikan, kreatifitas dan kecermatan
serta tanpa merujuk pada Konstitusi, sumber daya yang melimpah pun pastinya
tidak akan dapat digali dengan maksimal . Sehingga yang terjadi adalah
timbulnya Peraturan daerah - PERDA yang tumpang tindih dengan Undang Undang
yang pastinya dari sisi kedudukan hukum lebih tinggi.
Melihat banyaknya PERDA yang bermasalah tidak heran
Pemerintah Pusat saat ini sedang mengevaluasi, mengkaji bahkan akan membatalkan
banyak PERDA yang ada. Semua itu, bermuara dari adanya keluhan dari investor
dalam dan luar negeri ketika akan berusaha serta menanamkan modalnya di daerah
bahkan penduduk setempat.
Terkait dengan rencana pembatalan PERDA beberapa
pengamat menyarankan pada pemerintah hendaknya birokrasi di Pusat diperbaiki
dan dipermudah agar setiap usulan alokasi dana setiap daerah dapat diberikan
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan daerah pengusul serta alokasi
yang tepat pada waktunya.
Kalau kita cermati kesalahan yang terjadi adalah bermuara dari
Euphoria makna dari Kebebasan dalam bingkai Reformasi. Namun jika merujuk pada
pembukaan Undang Undang Dasar 45, Otonomi Daerah di Indonesia seharusnya
dapat berjalan dengan baik.
Karena pastinya setiap daerah tidak lagi berlomba lomba menambah
Pendapatan Asli Daerah melalui PERDA dengan melupakan dan mengabaikan
kesejahteraan keadilan masyarakat yang kerap kali tidak sesuai dengan
makna dan tujuan dari Preambule Konstitusi Bangsa dan Negara Indonesia serta
UU.
Karena itu Jika semua pemangku kepentingan di negeri ini dalam
mengambil keputusan selalu merujuk pada hal tersebut. niscaya Indonesia
akan sejahtera, makmur, adil dan mampu bertahan di setiap krisis.
SOAL:
1. Manakah yang bukan penopang ekonomi
regional…
a. Teori lokasi
b. Sosiologi*
c. Ekonomi
d. Geografi
2. Wilayah yang
memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan – keputusan ekonomi cukup
besar utk terjadinya perubahan penting dalam penyebaran penduduk, dan kesempatan
kerja, namun cukup kecil kemungkinan utk persoalan perencanaan dapat dipandang
sebagai kesatuan. Merupakan pendapat dari…
a. Booudeville*
b. Kleassen
c. Franz
d. Thomas
3. Pemilihan lokasi
didasarkan pada kemampuan membayar harga tanah ( bid – rent ) yang berbeda
dengan harga pasar tanah ( land – rent ). Merupakan teori lokasi menurut…
a. Boodeville
b. Bid Rent Theories ( Von
Thunen ) *
c. Kleassen
d. Rifky Aditya
4. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi
lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa sebelumnya. Merupakan
definisi pertumbuhan ekonomi daerah menurut…
a. Boodeville
b. Bid Rent Theories ( Von
Thunen )
c. Kleassen
d. Jhingan*
5. Berikut
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi :
i.
Tanah
ii.
Budaya
iii.
Kemajuan teknologi
iv.
SDM
v.
Modal
vi.
Organisasi
vii.
Politik
Yang merupakan faktor non ekonomi
dalam mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah …
a. 2, 4, dan 7*
b. 1, 2, dan 3
c. 3, 5 dan 7
d. 2, 4, dan 6
VII. PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN
1 PERKEMBANGAN
SEKTOR PERTANIAN
Menurut Kuznets, Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk, yaitu :
a.Kontribusi Produk contohnya : Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan Bahan baku untuk industri manufaktur.
contohnya , seperti industri tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b.Kontribusi Pasar contohnya :Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c.Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d.Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
§ Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras dan sayuran hingga daging.
§ Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri,karena Bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.
Negara agraris merupakan sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (pakaian,mebel, dan lain-lain)
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung dari beberapa hal berikut, yaitu :
§ Pengaruh keterbukaan ekonomi : Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector non pertanian.
§ Jenis teknologi sector pertanian : Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian.
Kontribusi Faktor Produksi.
Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian adalah Tenaga kerja dan Modal.
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut adalah :
§ Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada factor penawaran yaitu Teknologi, infrastruktur dan sumber daya manusia dan factor permintaan seperti nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di pasar domestic dan Luar negeri.
§ Petani harus net savers yaitu Pengeluaran konsumsi oleh petani lebih kecil daripada produksi
§ Tabungan petani harus lebih besar dari investasi sektor pertanian.
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui 2 cara , yaitu :
§ Secara langsung , dengan mengekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
§ Secara tidak langsung , dengan peningkatan ekspor dan pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan minuman.
2 SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.
maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Kuznets, Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk, yaitu :
a.Kontribusi Produk contohnya : Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan Bahan baku untuk industri manufaktur.
contohnya , seperti industri tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b.Kontribusi Pasar contohnya :Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c.Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d.Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
§ Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras dan sayuran hingga daging.
§ Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri,karena Bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.
Negara agraris merupakan sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (pakaian,mebel, dan lain-lain)
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung dari beberapa hal berikut, yaitu :
§ Pengaruh keterbukaan ekonomi : Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector non pertanian.
§ Jenis teknologi sector pertanian : Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian.
Kontribusi Faktor Produksi.
Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian adalah Tenaga kerja dan Modal.
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut adalah :
§ Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada factor penawaran yaitu Teknologi, infrastruktur dan sumber daya manusia dan factor permintaan seperti nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di pasar domestic dan Luar negeri.
§ Petani harus net savers yaitu Pengeluaran konsumsi oleh petani lebih kecil daripada produksi
§ Tabungan petani harus lebih besar dari investasi sektor pertanian.
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui 2 cara , yaitu :
§ Secara langsung , dengan mengekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
§ Secara tidak langsung , dengan peningkatan ekspor dan pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan minuman.
2 SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.
maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
SOAL:
1. Sektor pertanian
mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4
bentuk. Merupakan teori menurut…
a. Kuznets*
b. Thomas
c. Rifky
d. Rodgers
2. Penyediaan makanan utk pddk,
penyediaan Bahan baku untuk industri manufaktur. Merupakan contoh
dari kontribusi…
a. Kontribusi Produk*
b. Kontribusi Pasar
c. Kontribusi Devisa
d. Kontribusi Faktor Produksi
3. Menurut Kuznets ada berapakah
kontribusi perkembangan sector pertanian…
a. 3
b. 4*
c. 1
d. 2
4. Berapa persenkah Pertumbuhan tenaga kerja dari
1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian…
a. 0,29*
b. 0,30
c. 0,31
d. 0,50
5. Sektor apakah yang mendominasi
struktur tenaga kerja kita sekarang…
a. Sektor Industri
b. Sektor Pertanian*
c. Sektor Pertumbuhan
d. Sektor Devisa